A poem by Dr Nasir Hashim written after the detention of six PSM activists under the Emergency Ordinance. (The six were subsequently released and now face charges in court in October 2011).
Bersendirian
Air mata sedih mengalir tanpa izin
Kerana ku lihat
Demokrasi dikebumikan dengan semboyan
keangkuhan
Keagamaan disandi-warakan untuk mencabul
kebenaran
Perkauman dibelai manja demi segumpal
keuntungan dan kemelesetan diri
Kemiskinan dilunak lunakkan dari sistem pemerintahan
Seribu janji dicurah halus untuk menderhaka
kepada prinsip
Senda gurauan diatur rapi untuk membentes
pemikiran
Negara yang harum dilacurkan dengan teladan
bangsat
Sungguh kaku Negara ku yang tercinta ini
Menjadi noktah di pertengahan jalan
Ku . . . . .
Ku . . . . . lihat
Ku lihat . . . . . demokrasi
Ku lihat demokrasi . . . . . tersungkur
Ku lihat demokrasi tersungkur . . . . . merah
Ku lihat demokrasi tersungkur merah
. . . . . di pinggir jalan
cuba melutut
cuba menyiku
cuba mendagu
enggang menutup matanya . . . . .
untuk kali terakhir
Ramai tak membantu
Ramai tak mengerti
Enggan sedar
Semangat ini
berpahatkan pada cinta
bernafaskan pada keadilan
berkorban untuk kebebasan
Selagi diri ini belum menemui lahad
Selagi itulah jiwa ini bertindak
mendedahkan sistem kapitalis
bersama konco-konco politik
yang pincang ini
Our voluntary writers work hard to keep these articles free for all to read. But we do need funds to support our struggle for Justice, Freedom and Solidarity. To maintain our editorial independence, we do not carry any advertisements; nor do we accept funding from dubious sources. If everyone reading this was to make a donation, our fundraising target for the year would be achieved within a week. So please consider making a donation to Persatuan Aliran Kesedaran Negara, CIMB Bank account number 8004240948.