A poem by Daniel Speziale on poverty and deprivation in our world.
Di bawah bumbung zink
di mana hujan membuat bunga karat berkembang,
seorang ibu baru balik dari ladang
memanaskan sisa nasi sekali lagi.
Kenapa di dunia jahat ini
ada orang duduk di bawah atap zink
ada orang duduk di bawah atap jerami
ada orang duduk di bawah genteng seramik
dan ada orang duduk tanpa bumbung meneduh kepala mereka?
Kenapa kehidupan kita begini senang dan untung
dan kehidupan orang miskin begitu berat?
Apa yang aku boleh buat?
Kepada soalan ini yang purbakala
angkasa juga tiada jawapan:
ia hanya menangis dengan awan-awan.
Aduhai Hayat, biarlah aku mati satu hari nanti
dengan telingaku kaya dengan cerita-cerita,
mendengar si lemah yang tak pernah didengari,
dan tanganku kosong,
setelah memberi kepada kehidupan si miskin yang disokong.
© Daniel Speziale. Not to be reproduced or modified without the permission of the author.
- Sign up for Aliran's free daily email updates or weekly newsletters or both
- Make a one-off donation to Persatuan Aliran Kesedaran Negara, CIMB a/c 8004240948
- Make a pledge or schedule an auto donation to Aliran every month or every quarter
- Become an Aliran member
Daniele Speziale studied at Penanti Secondary School in Bukit Mertajam as a 17-year-old exchange student and later as a political science research intern at USM – and he has been passionate about Malaysia ever since. Now a political science graduate from Leiden University in the Netherlands, he lives in Italy
AGENDA RAKYAT - Lima perkara utama
- Tegakkan maruah serta kualiti kehidupan rakyat
- Galakkan pembangunan saksama, lestari serta tangani krisis alam sekitar
- Raikan kerencaman dan keterangkuman
- Selamatkan demokrasi dan angkatkan keluhuran undang-undang
- Lawan rasuah dan kronisme