A poem by A Samad Said written in the run-up to the independence of Malaya.
Dalam mata yang bersih merayap cahaya yang jernih,
aku sama menagih kemerdekaan kekasih.
Dalam dada yang mesra tenang telaga cinta,
aku janji setia membela tanah pusaka.
Kira ribut mendurja mengancam tanah yang indah,
setapak tiada kurela untuk melutut kecewa.
Biar peluru selaksa mendendam liar mangsanya
untuk kekasih pusaka matiku tetap rela.
Dalam hari berlari berbaja kasih di hati,
azam besi berumbi melebur penjajah di bumi!
Dalam rindu berpadu, hitam dendam terpendam,
aku terlalu merindu fajar cemerlang menjelang.
Hati ini seluruh kasihkan kekasih sepenuh,
beri janji yang teguh hingga badanku luluh!
Support the struggle to build a Malaysia based on Justice, Freedom, Solidarity:
- Sign up for Aliran's free daily email updates or weekly newsletters or both
- Make a one-off donation to Persatuan Aliran Kesedaran Negara, CIMB a/c 8004240948
- Make a pledge or schedule an auto donation to Aliran every month or every quarter
- Become an Aliran member
Singapura
1956
The views expressed in Aliran's media statements and the NGO statements we have endorsed reflect Aliran's official stand. Views and opinions expressed in other pieces published here do not necessarily reflect Aliran's official position.
AGENDA RAKYAT - Lima perkara utama
- Tegakkan maruah serta kualiti kehidupan rakyat
- Galakkan pembangunan saksama, lestari serta tangani krisis alam sekitar
- Raikan kerencaman dan keterangkuman
- Selamatkan demokrasi dan angkatkan keluhuran undang-undang
- Lawan rasuah dan kronisme
Support our work by making a donation. Tap to download the QR code below and scan this QR code from Gallery by using TnG e-wallet or most banking apps: